BAB I
INOVASI PEMBELAJARAN DI ERA REVOLUSI 4.0
A. Pendahuluan
Revolusi
industri 4.0 merupakan keadaan industri abad ke-21 saat perubahan besar besaran
di berbagai bidang lewat perpaduan teknologi yang mengurangi sekat-sekat antara
dunia fisik, digital, dan biologi. Kini berbagai industri mulai menyentuh dunia
virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin, dan data yang lebih dikenal
dengan nama Internet of Things (IoT). Berikut sekilas gambaran ke-empat
era revolusi industri mulai dari 1) era mesin, 2) era listrik, 3) era
komputerisasi dan 4) era revolusi industry 4.0 yang memiliki ciri khas
intelegensi dengan kemajuan di berbagi bidang.
Tahun
2018 disebut sebagai awal zaman revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan
sistem cyber-physical system, kemajuan teknologi dalam berbagai bidang, khususnya
kecerdasan buatan, robot, blockchain, teknologi nano, komputer kuantum,
bioteknologi, internet of things, percetakan 3D, dan kendaraan tanpa
awak.
Cyber physical system (CPS) adalah sistem
kolaborasi elemen komputasi yang mengendalikan entitas fisik. CPS adalah sistem
fisik dan rekayasa yang operasinya dipantau, dikoordinasikan, dikendalikan, dan
diintegrasikan oleh inti komputasi dan komunikasi. Mereka memungkinkan kita
untuk menambah kemampuan sistem fisik dengan menggabungkan komputasi dengan
komunikasi dengan proses fisik.
B. Revolusi
Industri 4.0 dan Pembelajaran di Kampus
Berikut
adalah dampak-dampak Revolusi Industri 4.0 di dunia pendidikan
1.
Hubungan internal kampus
Terkait dampak
Revolusi Industri 4.0 yakni dengan adanya ‘digitalisasi sistem’, mau tidak mau
menuntut baik para dosen maupun mahasiswa untuk mampu dengan cepat beradaptasi
dengan perubahan yang ada. Sistem pembelajaran yang semula berbasis pada tatap
muka secara langsung di kelas, bukan tidak mungkin akan dapat digantikan dengan
sistem pembelajaran yang terintegrasikan melalui jaringan internet (onlinelearning).
Merekrut karyawan
dengan penekanan pada kualifikasi berdasarkan tingkat pendidikan dan pengalaman
tidak lagi relevan dalam lingkungan yang berubah dengan sangat cepat ini.
Seiring makin lumrahnya kolaborasi antara robot dan manusia, posisi-posisi
pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya tersebut menuntut para karyawan
memiliki beberapa keahlian khusus dan karakter tertentu dalam satu waktu. Para
perekrut perlu merespon perubahan tersebut dengan tidak sekadar melihat
kandidat dari tingkat pendidikan dan pengalamannya, tapi lebih pada
keterampilan yang dibutuhkan dan karakter yang cocok untuk mengisi posisi yang
ditawarkan. Oleh karena seorang mahasiswa perguruan tinggi mulai sekarang harus
dibekali keahlian-keahlian khusus untuk dapat bersaing dengan yang lainnya.
Salah satu keahlian yang sangat penting untuk dimiliki di Era Revolusi Industri
4.0 adalah kompetensi mahasiswa dalam bidang teknologi informasi (IT). Sebagai
seorang calon guru atau pendidik, mereka harus mampu memanfaatkan komputerisasi
dan jaringan (internet) dalam menjalankan profesinya.
3.
Pembelajaran berbasis output/outcome
Pada era ini perlu
suatu pendekatan atau model pembelajaran yang tepat untuk memfasilitasi peserta
didik atau mahasiswa dalam menjawab tantangan hidup yang begitu dinamis. Daya
kreasi dan inovasi mahasiswa perlu dibina mulai sekarang agar memiliki
kompetensi yang mumpuni untuk tetap eksis di tengah makin sulitnya lapangan
pekerjaan dan mendapatkan kerja yang layak. Ke depan tidak lagi terpikir untuk
mencari kerja, namun pekerjaan apa yang akan diciptakan. Inilah yang menjadi
spirit seorang pendidik (dosen) dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat.
Salah satunya adalah model pembelajaran berbasis proyek yang menitikberatkan
produk yang dihasilkan mahasiswa. Pembelajaran ini terbukti memberikan efek
yang signifikan dari berbagai riset yang ada dalam menumbuhkembangkan
kreativitas dan inovasi mahasiswa.
Berikut adalah gambaran skills
(keahlian) yang perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran di kampus.
Setidaknya ada 10 kemampuan yang patut untuk menjadi perhatian khusus agar
mahasiswa kita mudah memiliki pekerjaan pada tahun 2020 oleh forum ekonomi
dunia yaitu 1) kemampuan memecahkan masalah yang komplek, 2) berpikir kritis,
3) kreativitas, 4) manajemen publik, 5) koordinasi dengan yang lain, 6)
kecerdasan emosional, 7) kemampuan mengambil keputusan yang tepat, 8) orientasi
pada pelayanan, 9) negosiasi, dan 10) Pengetahuan yang mudah disesuaikan.
C. Tantangan
dalam Meningkatkan Daya Saing dan Produktivitas
Tantangan kita dalam meningkatkan
daya saing dan produktivitas di Era Revolusi Industri 4.0 adalah sumber daya
manusia (SDM) dan pengelolalaannya. Tidak dipungkiri SDM yang menjadi pekerja
sekarang ini terdiri atas berbagai lintas generasi. Tentunya mereka memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikut akan dijelaskan beberapa hal
terkait dengan kondisi ini
1.
Lintas generasi dalam pekerjaan
Setidaknya bisa ada
lima generasi yang masih mengisi pekerjaan sampai tahun 2020 ini yaitu 1)
generasi tradisonal (lahir 1900-1945) yang memiliki karakteristik disiplin, 2)
generasi boomers (lahir 1946-1964) yang tergolong suka bereksperimen, 3)
gen X (lahir 1965-1976) dalam golongan yang independent (mandiri), 4) generasi millennial
(lahir 1977-1997) yang bercirikan siap dan segar, dan 5) gen 2020 (lahir
setelah 1997 sampai sekarang) memiliki ekpektasi yang tinggi. Berikut gambaran
lima generasi sumber daya manusia yang masih akan mengisi pekerjaan sampai
tahun 2020.
2.
Pengelompokan Generasi
Pengelompokan generasi oleh Presenky
(2001) menjadi dua golongan yaitu generasi digital natives dan digital
immigrants.
a) Gererasi
digital natives (DN) adalah generasi yang lahir dimana teknologi sudah berada
dilingkungannya (dimulai tahun 1990). Merupakan generasi yang “melek teknologi”
yang aktif dalam jejaring media sosial.
b)
Generasi digital immigrants (DI) adalah generasi
yang lahir sebelum 1990. Merupakan generasi yang gagap teknologi.
Seorang digital natives a) menerima informasi sangat cepat, b) multitasking,
lebih memilih informasi pada grafik/gambar dari teks, c) mengakses
sumber secara random dengan hyperlinks, d) berfungsi sangat baik ketika
ada jaringan, e) tumbuh kembang dalam kepuasan dan reward, dan f) lebih memilih permainan dibangdingkan
dengan “pekerjaan yang serius”. Sedangkan untuk digital immigrants
memiliki ciri: a) lebih memilih informasi yang dirilis secara terkontrol pada
sumber yang terbatas, b) lebih memilih focus pada satu tugas, c) lebih sering
memilih untuk mendapatkan informasi dari bacaan (teks), d) lebih memilih
informasi yang mempresentasikan bersifat linear dan sekuen, e) memiliki
kebutuhan yang lebih besar terhadap ruang pribadi dan personal untuk
instropeksi diri.
3.
Menjebatani DN dan DI dalam dunia
pendidikan
Sering terjadi
masalah kerjasama antara DN (mahasiswa) dan DI (dosen atau pimpinan) dalam usaha meningkatkan daya
saing dan produktivitas. Masalah yang dihadapi adalah:
a.
Takut akan perubahan
b.
Selalu mengatakan tidak cukup infrastruktur
c.
Menganggap metoda tradisional tetap paling efektif
Lalu untuk menjembatani DI dan DN serta beradaptasi
dengan revolusi industri maka keduanya harus berani keluar dari “Zona Nyaman”
dengan cara:
a.
Menggunakan bahasa yang tepat
b.
Meninggalkan cara cara lama
c.
Menggunakan teknik teknik yang baru
d.
Memperkerjakan orang yang tepat
e.
Harder, better, faster, stronger
f.
Merespon terhadap kebutuhan industri 4.0 dimana
manusia dan mesin menyatu untuk menghasilkan produk produk baru
g.
Memamfaatkan semua potensi teknologi digital yang
tersedia secara global
h.
Membuat cetak biru (blue print) pembelajaran masa
depan untuk pembelajaran seumur hidup sehingga menghasilkan generasi yang lebih
bermamfaat dimasyarakat.
Dampak revolusi industry 4.0 dalam sektor
pedidikan dan solusi untuk ke arah yang lebih baik diantaranya:
Revolusi belajar, Tren edutech bermunculan. Para guru tidak
hanya mengandalkan spidol atau kapur tulis, temuan temuan kreatif terkait
pembelajaran berhasil diciptakan.
Pendekatan tradisional sudah usang, pendekatan tradisional
dicirikan dengan peran guru dalam kelas terlalu dominan. Pendekatan ini sudah
tidak cocok diterapkan dalam era revolusi industri 4.0
Bekerja dalam jejaring global, RI 4.0 melahirkan
pembelajaran jarak jauh. Siswa bisa berinteraksi dengan aneka ragam siswa
dibelahan dunia
Mudahnya mendapatkan akses pendidikan menjadi hal yang
prioritas ke depan. Pendidikan seyogyanya tidak hanya dinikmati oleh orang yang
berduit. Namun setiap warga negara hendaknya dapat mengakses pendidikan pada
jenjang setinggi-tingginya. Perlu mewadahi adanya sertifikat atau ijazah
berdasarkan kompetensi yang dimiliki. Ijazah atau sertifikat bukan hanya
diperuntukkan karena mereka sudah melalui perkuliahan atau sekolah di institusi
atau lembaga yang resmi. Tetapi perlu juga diberikan kepada orang-orang yang
secara kapabalitas yang teruji namun tidak sebaik nasib orang berduit.
Kreativitas sudah waktunya untuk menggantikan yang hanya
bermodalkan kecedasan. Berikut
adalah skema yang tentunya bisa menjadi panduan kita dalam menjalankan
aktivitas kita di dunia pendidikan.
Berdasarkan
gambar di atas sebagai seorang pendidik mulailah untuk merancang apa saja yang
akan dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
a.
Bagaimana seorang guru akan mengajara (metode)?
b.
Bagaimana siswa akan belajar?
c.
Apa yang akan guru ajarakan (konten)?
d.
Bagaiama ruang pembelajaran itu akan?
e.
Apa saja aturan-aturan yang diterapkan oleh seorang
guru/dosen?
f.
Apa saja aturan-aturan yang diterapkan oleh para
siswa?
g.
Atribut apa yang dimiliki oleh siswa/guru?
Latihan
1. Bagaimana
peran seorang calon guru atau guru profesinal terkait dengan profesinya dalam
melakukan inovasi pembelaran khususnya di Era Revolusi Industri 4.0?
2. Apa saja
keahlian yang perlu disiapkan oleh mahasiswa yang nantinya menjadi calon guru
atau pendidik dalam menghadapi kemajuan teknologi yang luar biasa untuk
menjawab tantangan pembelajaran di Abad 21?
Daftar Pustaka
Aoun, J.E. (2017). Robot-proof:
higher education in the age of artificial intelligence. US: MIT Press.
Hermann, M., Pentek, T., &
Otto, B. (2016). Design Principles for Industrie 4.0 Scenarios. Presented at
the 49th Hawaiian International Conference on Systems Science.
Kagermann, H., Wahlster, W.,
& Helbig, J.(2013). Recommendations forImplementing the Strategic
Initiative Industrie 4.0. Industrie 4.0 Working Group, Germany.